ARTIKEL | Public Pembaharuan: (4 bulan yang lalu) | dibaca: 163 kali
Swasembada pangan berbeda dengan
swasembada beras. Swasembada beras adalah kemampuan suatu negara atau wilayah
untuk memenuhi kebutuhan beras penduduknya sendiri tanpa bergantung pada impor
dari negara lain. Artinya, produksi beras dalam negeri cukup untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi beras masyarakat, sehingga tidak perlu mengimpor beras dari
luar negeri. Swasembada beras merupakan salah satu indikator kemandirian pangan
suatu negara.
Sedangkan swasembada pangan dapat dimaknai sebagai kemampuan suatu negara atau wilayah untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya sendiri tanpa bergantung pada impor dari negara lain. Artinya, produksi pangan dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan masyarakat, sehingga tidak perlu mengimpor pangan dari luar negeri.
Swasembada pangan mencakup berbagai jenis pangan, tidak hanya beras, tetapi juga produk pertanian lainnya seperti jagung, kedelai, sayuran, buah-buahan, dan lain-lain. Tujuan swasembada pangan adalah untuk meningkatkan kemandirian pangan, mengurangi ketergantungan pada impor, dan meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.
Atas gambaran demikian, menjadi sangat jelas perbedaan swasembada beras dengan swasembada pangan. Perbedsannya terletak pada lingkup dan fokus. Secara detsilnya swasembada beras fokus pada produksi dan ketersediaan beras. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan beras penduduk. Dan beras adalah komoditas utama yang diprioritaskan.
Swasembada Pangan sendiri fokus pada produksi dan ketersediaan berbagai jenis pangan. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk secara menyeluruh. Dan mencakup berbagai jenis pangan, seperti beras, jagung, kedelai, sayuran, buah-buahan, dan lain-lain. Jadi, swasembada beras lebih spesifik pada beras, sedangkan swasembada pangan lebih luas dan mencakup berbagai jenis pangan.
Dalam menjalankan 5 tahun kepemimpinannya, Presiden Prabowo dan Kabinet Merah Putihnya, telah berkomitmen menjadikan swasembada pangan sebagai salah satu program prioritas yang ingin dicapainya. Presiden optimis, jika bangsa ini ingin memiliki ketahanan pangan yang kuat, maka salah satu faktor penentunya adalah swasembada pangan. Tanpa swasembada omong kosong ketahanan pangan akan kokoh dan kuat.
Hal yang sama berlaku pula dengan
pencapaian kemandirian dan kedaulatan pangan. Bangsa yang mandiri dan berdaulat
atas pangan, hanya akan terwujud bila swasembada pangan dapat diwujudkan lebih
dahulu. Dalam bahasa lain dapat ditegaskan, swasembada pangan merupakan syarat
mutlak tercapainya ketahanzn, kemandirian dan kedaulatan pangan yang
berkualitas.
Akibatnya, menjadi hal yang wajar, jika
Presiden Prabowo dalam jangka pendek, meminta kepada Menteri Pertanian dan
rengrengannya dibawah koordinasi Menko bidang Pangan untuk menggenjot produksi
padi setinggi-tingginya. Harapan Presiden ini, ternyata tidak disia-siaksn oleh
Mentero Pertanian. Lewat penyerapan gabah petani, oleh Perum Bulog, dihasilkan
serapan gabah yang menggembirakan.
Duet antara Menteri Pertanian dan
Wakilnya yang juga tercatat sebagai Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, terbukti
mampu mengokohkan cadangan beras Pemerintah (CBP). Menteri Pertanian malah
menyebut hingga bulan Mei 2025, cadangan beras Pemerintah diharapkan dapat
mencapai angka 4 juta ton. CBP 4 juta ton merupakan prestasi yang pertana kali
dicapai setelah 80 tahun merdeka.
Untuk memcapai swasembada pangan, yang namanya swasembada beras merupakan 'harga mati'. Tanpa swasembada beras, tidak akan pernah ada yang disebut swasembada pangan. Itu sebabnya, kalau sekarang ramai dibincangkan Indonesia telah mampu meraih kembali swasembada beras, yang dicirikan dengan kokohnya CBP dan tidak ada lagi impor beras konsumsi, maka swasembada pangan bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dicapai.
Pe-er besar yang harus diwujudkan adalah
sampai sejaih mana kita mampu menjaga swasembada beras bisa dipertahsnkan
pencapaiannya untuk jangka panjang. Tidak boleh lagi kita hanya mampu mewujudkan
swasembada beras yang sifatnya 'on trend'. Yang mesti kita perlihatkan kepada
warga dunia, Indonesia terbukti mampu menggapai swasembada beras berkelanjutan.
Setelah kita capai swasembada beras,
barulah kita genjot komoditas pangan strategis lain untuk berswasembada.
Terlebih untuk komoditas jagung. Dengan kerja keras, swasembada jagung, bukan
hal yang tidak mungkin untuk dicapai. Tinggal sekarang sampai sejauh mana
segenap komponen bangsa fokus untuk meraih nya. Berbasis pengalaman pencapaian
swasembada beras, swasembada jagung kita wujudkan.
Yang cukup sulit untuk diswasembadakan
dalam jangka pendek adalah komoditas kedele, daging sapi, gula konsumsi dan
bawang putih. Banyak kendala dan rintangan yang perlu dijawab dengan cerdas.
Menggapai swaembada empat komoditas pangan strategis diatas, rupanya tidak
cukup hanya lewat kemauan politik, namun perlu pula ditopang oleh tindakan
politik yang realistik.
Atas hal demikian, dalam jangka menengah
yang bisa kita capai adalah swasembada beras, jagung dan beberapa komoditas
pangan lain diluar kedele, gula, daging sapi dan bawang putih. Untuk keempat
komoditas doatas, butuh waktu lebih panjang u tuk menswasembadakannya. Itu
sebabnya, akan lebih keren, jika semangat pencapaian swasembada pangan 3 tahun
ke depan, kalimatnya dikoreksi menjadi "swasembada pangan, utamanya
beras".
Semoga kisah sukses swasembada beras ini akan diikuti oleh swasembada komoditas pangan strategis lain menuju swasembada pangan. (PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).
Editor: admin111 Published: Tuesday, 29 April 2025
You're in the right place! Just drop us your cv. How can we help?