ARTICLE IN DETAILS

ARTIKEL | Public
Pembaharuan: (3 tahun yang lalu) | dibaca: 390 kali

fotokonten_20220919pangansedunia.png

KELAPARAN RAKYAT = AIB PEMBANGUNAN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Dalam orasi Guru Besar nya, Prof. Drajat Martianto dari IPB University menyatakan Indonesia saat ini menghadapi triple burden of malnutrition, 3 masalah gizi sekaligus, yaitu gizi kurang (stunting dan wasting), obesitas dan kurang gizi mikro (KGM) atau disebut sebagai kelaparan tersembunyi (the hidden hunger)". Tantangan terbesar bangsa Indonesia saat ini bukan lagi kurang energi dan protein, tetapi kelaparan tersembunyi (hidden hunger), berupa defisiensi zat gizi mikro, khususnya defisiensi zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya. Bentuk kelaparan semacam ini, betul-betul merisaukan. Di negeri ini, rakyat kelaparan adalah hal yang biasa. Yang tidak biasa jika pejabat kelaparan. Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, kelaparan bukanlah kondisi yang diinginkan. Dalam melakoni pembangunan, jangan sampai ada warga bangsa yang hidup nya kelaparan. Menjadi tugas dan tanggungjawab kita bersama untuk menghapuskan kelaparan. Sebagaimana yang kita pahami bersama, tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. Secara lengkap 17 tujuan dari SDGs ini adalah sebagai berikut : Tujuan 1 - Tanpa kemiskinan (No poverty). Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat. Tujuan 2 - Tanpa kelaparan (Zero hunger). Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan. Tujuan 3 - Kehidupan sehat dan sejahtera (Good health and well-being). Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia. Tujuan 4 - Pendidikan berkualitas (Quality education). Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang Tujuan 5 - Kesetaraan gender (Gender equality). Dengan kata lain mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan. Tujuan 6 - Air bersih dan sanitasi layak (Clean water and sanitation). Menjamin akses atas air dan sanitasi untuk semua. Tujuan 7 - Energi bersih dan terjangkau (Affordable and clean energy). Memastikan akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan, berkelanjutan dan modern untuk semua. Tujuan 8 - Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (Decent work and economic growth). Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan dan pekerjaan yang layak untuk semua. Tujuan 9 - Industri, inovasi dan infrastruktur (Industry, innovation, and infrastructure). Membangun infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan dan mendorong inovasi. Tujuan 10 - Berkurangnya kesenjangan (Reduced inequalities). Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara. Tujuan 11 - Kota dan komunitas berkelanjutan (Sustainable cities and communities). Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan. Tujuan 12 - Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (Responsible consumption and production). Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Tujuan 13 - Penanganan perubahan iklim (Climate action). Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya. Tujuan 14 - Ekosistem laut (Life below water). Pelindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan. Tujuan 15 - Ekosistem daratan (Life on land). Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun, menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati. Tujuan 16 - Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh (Peace, justice, and strong institutions). Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif. Tujuan 17 - Kemitraan untuk mencapai tujuan (Partnerships for the goals). Tujuan ini dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030. Tujuan ini merupakan kelanjutan atau pengganti dari Tujuan Pembangunan Milenium yang ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin dari 189 negara sebagai Deklarasi Milenium di markas besar PBB pada tahun 2000 dan tidak berlaku lagi sejak akhir 2015 Dari berbagai penelaahan, baik teori atau praktek, kelaparan bisa didefinisikan sebagai kondisi hasil dari kurangnya konsumsi pangan kronik. Banyak faktor penyebab tejadinya kelaparan seperti kemiskinan, ketidakstabilan sistem pemerintahan, penggunaan Iingkungan yang melebihi kapasitas, diskriminasi dan ketidakberdayaan seperti pada anak-anak, wanita, dan lansia. Kelaparan dianggap sebagai aib pembangunan yang harus dihindari oleh bangsa-bangsa di dunia. Itu sebab nya dalam Sustainable Development Goals (SDGs), hidup tanpa kelaparan merupakan isu yang penting untuk dicermati dengan seksama. Tujuan yang kedua adalah tanpa kelaparan. Dalam hal ini, SDGs berusaha untuk menjamin bahwa semua orang bisa mendapatkan makanan yang aman dan bernutrisi. Kelaparan adalah salah satu fokus PBB yang ditambahkan di dalam SDGs ini, bahkan di negara-negara yang memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah. Hal ini penting dicatat, karena yang nama nya kelebihan konsumsi pun dapat menjadi masalah, karena dapat mempengaruhi aspek-aspek lain, seperti kualitas sumber daya manusia nya. Tatkala seseorang memperbaiki kualitas kehidupan nya, produktivitas dalam pendidikan akan menurun dan juga akan meningkatkan masalah kesehatan. SDG tanpa kelaparan, mendukung untuk mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi dan mendukung pertanian berkelanjutan. Dalam hal ini, produsen skala mikro memiliki akses yang terjamin dan setara terhadap tanah, sumber daya produksi dan lain-lain yang dapat mendukung usahanya tersebut. Pengelolaan sumber daya alam dapat menyokong ketahanan pangan di wilayah yang rentan akan kemiskinan. Produksi pertanian dan pertumbuhan ekonomi perlu didukung untuk memajukan distribusi pangan lokal, sehingga kebutuhan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat juga harus membeli kebutuhan yang aman, terjangkau dan bergizi serta mendapat akses terhadap air bersih dan sanitasi. Perhatian serius dari Pemerintah dalam rangka mencegah terjadi nya kelaparan, tentu saja perlu kita dukung dengan sepenuh hati. Sebagai bangsa yang telah 77 tahun merasakan kemerdekaan, mesti nya seluruh anak bangsa di Tanah Merdeka ini tidak boleh ada lagi yang kelaparan. Rakyat harus bebas dari rasa lapar. Rakyat harus terjamin kehidupan nya. Semua ini wajar dilakukan, karena sejati nya bangsa yang merdeka, mestilah dapat layak dan sejahtera. Namun, cukup disayangkan. 77 tahun Indonesia merdeka, rupa nya tidak menjamin warga bangsa kita akan terbebas dari kemiskinan. Di pelosok-pelosok perdesaan, di pinggiran pantai, di sekitar desa hutan dandi sudut perkotaan masih kita saksikan ada nya anak bangsa yang hidup dengan sengsara. Bagi mereka, pembangunan yang ditempu selama ini, ternyata belum mampu mengangkat harkat dan martabat kehidupan nya. Mereka tetap terkesankan sebagai korban pembangunan ketimbang mampu menjadi penikmat pembangunan. Potret kelaparan rakyat, sebetul nya terekam dari kehidupan mereka. Sulit untuk disangkal, bila di mata mereka kehidupan yang dilakoni nya, hanyalah sekedar menyambung nyawa dari hari ke hari nya. Mereka yang kurang diuntungkan dengan ada nya pembangunan, kerapkali divonis sebagai potret buram warga negara. Yang membuat mereka terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan yang tak berujung pangkal ini, bukan saja disebabkan oleh suasana kemiskinan ekstrim yang menjerat nya, tapi kalau dilihat dari kemiskinan struktural pun, betul-betul sangat membatasi mereka untuk berubah nasib. Komitmen para Kepala Negara se dunia yang menjadikan "hidup tanpa kelaparan" sebagai poin penting dari SDGs, pada dasar nya merupakan sinyal bahwa selaku warga bangsa kita tidak boleh membiarkan ada rakyat nya yang masih kelaparan. Tugas negara dan Pemerintah yang diberi amanah untuk menakhkodai bangsa dan negara dituntut untuk memerangi kelaparan ini hingga ke akar-akar nya. Salah satu penyebab rakyat lapar adalah terjebak nya mereka ke dalam kondisi kemiskinan yang tidak berujung pangkal. Proses kemiskinan terjadi karena tingkat pendidikan dan kesehatan yang telatif rendah. Dengan keadaan yang demikian, diri nya tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang ada. Karena tidak bekerja, otomatis tidak ada penghasilan, yang membuat diri nya hidup miskin. Ragnar Nurske menyebut nya sebagai "the vicious circle of poverty". Kelaparan dan kemiskinan pada hakekat nya merupakan borok-borok pembangunan yang sesegera mungkin harus diobati hingga tuntas. Masyarakat yang miskin dan rakyat yang lapar, bukanlah suasana yang ingin dibiarkan mendiami suatu bangsa. Itu sebab nya, kita sepakat bahwa pertempuran melawan kemiskinan perlu digarap secara serius. Berbagai kebijakan untuk menghapuskan kemiskinan yang selama ini digelar Pemerintah dan para pemangku kepentingan, sejati nya adalah untuk mewujudkan kehidupan tanpa kelaparan. Di masa pandemi covid 19, jumlah warga bangsa yang hidup nya miskin, pasti akan lebih besar lagi jumlah nya dibandingkan ketika masa sebelum pandemi. Sergapan covid 19 betul-betul melumpuhkan tiang-tiang penyangga ekonomi nasional. Target makro ekonomi yang direncanakan, hampir semua nya gagal total. Pertumbuhan ekonomi sekutar 5 % terekam sangat sulit untuk diwujudkan. Malah yang terjadi, pertumbuhan ekonomi bertumbuh negatif. Yang cukup memilukan, Pemerintah, baik Pusat atau Daerah, terpaksa harus melakukan "penyunatan" anggaran pembangunan nya, karena tidak ada nya dana untuk menangani covid 19. Yang paling terkena dampak pandemi covid adalah golongan masyarakat yang selama ini dikenal kurang beruntung dalam melakoni pembangunan. Di saat kesulitan ini, kelangsungan hidup mereka sangat ditentukan oleh afa nya bantuan sosial. Tanpa ada nya bansos, mereka bakal kesusahan untuk menyambung nyawa kehidupan dari hari ke hari nya. Bansos benar-benar merupakan dewa penolong kehidupan keluarga nya. Bisa dibayangkan, bagaimana jadi nya kehidupan mereka jika tidak ada bantuan sosial. Tanpa ada terobosan cerdas dalam melakukan penanganan covid 19 dan percepatan pemulihan ekonomi nasional dan daerah, boleh jadi kelaparan akan mengedepan menjadi bencana kehidupan yang cukup menakutkan. Itu sebab nya, sangat argumentatif, kalau sedini mungkin kita mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan itu. Kita penting memiliki komitmen yang jelas dan tegas, Indonesia bebas kelaparan harus menjadi ikon utama pembangunan sekarang dan masa depan. Bagaimana Prof. Drajat Mardianto ? (PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

end of article

Editor: demo2
Published: Monday, 19 September 2022


0 komentar

Komentar

Recent News
General Apply

You're in the right place! Just drop us your cv. How can we help?

Validation error occured. Please enter the fields and submit it again.
Thank You ! Your email has been delivered.