BERITA | Public Pembaharuan: (3 tahun yang lalu) | dibaca: 439 kali
Mari dilihat dulu, apa yang disebut Rantai Pasok Rantai Pasok dalam pengertian yang sederhana, merupakan rangkaian aliran produk dan prosesnya dari lokasi sumber (pemasok) ke lokasi tujuan, yaitu konsumen akhir . Coba lihat saja yg mudah, rantai pasok beras. Kita identifikasi dari aspek proses dan hasil produknya (aliran produk) A. Pembenihan padi (hasilnya benih padi), terus mengalir ke B. Budidaya padi (hasilnya gabah), terus mengalir ke C. Panen (hasilnya gabah siap masuk RMU, atau siap giling), trus mengalir ke D. Pemrosesan di RMU (hasilnya beras dg berbagai kualitas dan ada produk samping (dedak, katul). Setiap ganti proses, produk berubah, jadi ada peningkatan nilai tambah (dari benih, jadi gabah, akhirnya jadi beras) Di luar rantai pasok itu, ada unsur-unsur yang bisa mempengaruhi proses, misal saprodi dan alsintan, bisa mempengaruhi proses budidaya (B) Nah petani itu pada umumnya pada posisi B, budidaya saja. Walau petani punya lahan luas, sering hanya melakukan budidaya saja. Jadi, petani itu dikelilingi orang-orang yg cari untung (pembenih, penjual saprodi dan penawar jasa alsintan). Di sisi lain, dari 4 proses yang ada (A-D) proses yg bisa memberikan keuntungan signifikan itu C (panen) dan D (proses jadi beras). Sayangnya di proses ini (C,D) dikuasai orang lain (tengkulak dan pemilik modal), bukan petani penanam. Makanya petani selalu kurang beruntung. Pas benih murah, budidaya gagal krn hama, pas hasil panen melimpah, harga jual jatuh. Pemerintah melalui penyuluh menganjurkan agar petani berkelompok, agar posisi tawar petani meningkat. Apa nya yang meningkat? Walau berkelompok, klo kelompoktani masih di posisi budidaya saja, ya percuma. Agar petani dapat keuntungan yg signifikan, maka proses C dan D (panen dan prosesing gabah jadi beras) harus dalam kekuasaan petani. Bahkan klo bisa petani menguasai seluruh rangkaian rantai pasok (melakukan semua proses). Dengan cara itu, petani diharapkan mendapat keuntungan maksimal dari usaha padi. Pertanyaannya masih klasik, untuk merubah management rantai pasok butuh modal besar, butuh lantai jemur terutama perlu RMU, butuh alsintan. Nah di sinilah baru ada manfaat berkelompok. Tiap kelompok besar atau gabungan kelompok difasilitasi pemerintah dengan 1 unit RMU dan 1 unit alat pengering gabah, serta alsintan yg diperlukan dengan pengelolaan model koperasi. Keuntungan besar yg diperoleh dari unit RMU dan panen, bisa dibagi merata ke anggota kelompok budidaya sesuai porsinya. Intinya penguasaan management rantai pasok menyeluruh. Banyak orang kaya saat ini, yg terjun di pertanian (hortikultura) menerapkan management rantai pasok lengkap. Mulai dari benih/bibit, budidaya, panen, prosesing menjadi berbagai produk sd pemasaran digarap dalam satu management, sehingga usaha hanya berhadapan langsung dg konsumen. Klo tidak begitu, usaha pertanian merugi (katanya mereka) Setiap komoditas pertanian punya rantai pasok sendiri sendiri. Kopi contoh nya : ada pembibitan kopi, trus budidaya kopi, prosesing kopi di pabrik (kopi bubuk dan produk2 kopi) serta sampai ke outlet produk kopi dan depot kopi (cafe). Keren kan ada kelompoktani punya pabrik kopi, outlet produk kopi dan cafe. Trus penerapan management rantai pasok beras di petani spt apa? Ada yg berhasil ada yg tidak. Tidak berhasil umumnya karena ketidak percayaan, petani anggota kelompok pada sesama teman petani di kelompok yg mengelola RMU. Memang banyak petani setelah diserahi RMU, pengelolaan menjadi kurang transparan, cepat mengejar untung, lupa teman. Bubar kelompoknya, akhirnya balik usaha budidaya sendiri2. Contoh sederhana mempelajari rantai pasok yg mudah dimengerti, al melihat management rantai pasok yg dilakukan PT Charoen Pokphand (CP). CP ambil jagung untuk pakan ternak, bukan dari petani, tapi dari penebas jagung langganan CP. Jagung diproses CP jadi pakan. CP juga menghasilkan bibit ayam dan vaksin. Bibit ayam dititipkan ke peternak untuk dibesarkan, vaksin dijual ke peternak, setelah ayam besar dibeli sama CP, trus ayam dijual. Dari bahan pakan menjadi pakan, bibit ayam, obat2an sd pemasaran ayam semua dalam satu management CP, walau di beberapa prosesnya ada orang lain yg melakukan. (selain management rantai pasok CP mengkombinasi dg kerjasama dg petani) Merencanakan rantai pasok itu menyenangkan, asyik dan itu seni. Output pembenihan yaitu benih, jadi input budidaya, output budidaya (gabah), jadi input RMU, output RMU (beras, dedak) bisa jadi input pabrik tepung/pabrik lain. Dilihat dahulu, dalam satu rangkaian rantai pasok, mana proses yg dapat memberikan keuntungan signifikan, dihitung. Klo ada proses yg keuntungannya masih rendah, ya diperbaiki, bisa dg introduksi teknologi. Rangkaian rantai pasok dari hulu sd hilir, bisa dalam satu management, tapi bisa juga dlm beberapa management (tiap proses beda orang, tapi masih dalam kebersamaan)
Editor: demo2 Published: Thursday, 25 August 2022
You're in the right place! Just drop us your cv. How can we help?